Cultural Shock Phase,
Ternyata perasaan itu ada ilmunya. Bahkan saat homesick karena lama gak pulang kampung pas kuliah. Yah walau Cuma 70 km dari rumah, tapi tetap saja jauh. Masih segar dalam ingatan bagaimana dulu sering pulang kerumah karena rindu … masakan rumah. Tentu saja, satu-satunya hal yang membuatku homesick di Jogja adalah makanannya yang hampir semua itu manis.
Selebihnya aku melihat bahwa homesick adalah wajar. Bahkan setiap temanku yang bukan asli jogja juga merasakannya, terlebih mereka yang hanya pulkam (pulang kampung) 6–12 bulan sekali. Mahasiswa di Jogja tak hanya berhadapan homesick tapi juga dihadapkan dengan kondisi budaya yang berbeda.
Semakin jauh jaraknya dari Jogja, maka semakin berbeda pula budayanya. Dalam tahap ini pula kita sering dipaksa untuk cepat beradaptasi, baik dengan makanan, orang, juga sistem budaya yang jauh lebih kompleks. Sesederhana menghafal jalan menuju malioboro misalnya, atau membedakan jalur menuju Stasiun Lempuyangan dan Tugu. Dalam bahasa kerennya disebut sebagai Cultural Shock.
Seorang Cultural Anthropologist pernah menyebutkan 4 fase pada saat seseorang mengalami Cultural Shock.
- Honeymoon
Seperti orang yang sedang berlibur. Menikmati kesempatan mencicipi beragam jenis budaya baru. Makanan baru, bertemu dengan orang-orang baru, dan melihat pemandangan baru. Fase ini terasa sangat menggembirakan
2. Hostility/ Frustation
Persis seperti namanya, frustasi. Setelah berpuas dengan segala sesuatu yang baru maka tiba saatnya di mana konflik bermula. Mulai dari miskomunikasi dengan lingkungan, hingga perasaan homesick pun muncul dalam tahap ini.
3. Adjusment
Kalau di sini, sebagaian besar manusia mulai menemukan navigasinya. Mulai dari menemukan teman, komunitas, dan apapun yang mensupport dirinya. Tahap ini pula menjelaskan bagaimana kita bisa menerima budaya berbeda dengan sebenar-benarnya kemudian berusaha bertumbuh bersama perbedaan tadi.
4. Acceptance/Home
Tahap terakhir ini sering disebut sebagai tahap asimilasi. Yaitu, manusia berhasil memadukan dan menerima perbedaan mendasar, tak lagi membandingkan, baik dari budaya yang ditinggalkan ataupun yang ditempati sekarang.
Dari keempat tahap tadi memang tak dijelaskan berapa lama waktu ideal yang dibutuhkan seseorang untuk menyelesaikan tahapan tadi. Seharusnya tak butuh waktu lama untuk beradaptasi, jika memang itu hal terakhir yang bisa dilakukan. Empat tahun bukanlah waktu yang lama ternyata. Setelah berkuliah, rasanya kini homesick itu berubah menjadi rindu pada Jogja.
Sumber :
https://www.sfu.ca/students/isap/explore/culture/stages-symptoms-culture-shock.html
https://medium.com/global-perspectives/the-4-stages-of-culture-shock-a79957726164