Move

In Case You Forget, Dib
2 min readDec 28, 2022

--

Manusia itu cenderung menyukai memulai hal baru dibandingkan dengan mengevaluasi atau memperbaiki yang lama.

Photo by JESHOOTS.com: https://www.pexels.com/photo/person-foot-on-bench-7432/

Sebenarnya aku masih mencari bukti ilmiah dari pertanyaan ini, tapi jika dilihat dari perjalananku setiap tahunku, ku rasa ada benarnya.

Nah, sebelum memulai tahun baru ada baiknya kita membuat resolusi tahun depan, eh bukan, maksudnya evaluasi tahun 2022. Seperti yang dilakukan perusahaan/instansi pada umumnya kurasa setiap kumpulan sel bernyata juga perlu melakukannya.

Mereka menyebutnya dengan monev (monitoring evaluasi) namun ini akan lebih sederhana, yaitu muhasabah. Udah ngapain aja tahun ini dan akan seperti apa tahun depan.

Kita setuju bahwa kebiasaan adalah yang membentu karakter dan akhirnya akan menjadi basic need dalam mewujudkan tujuan. Lalu dengan kebiasaan mari kita membaginya menjadi 2 bagiana, the good and the bad.

Pada kebiasaan baik, kita bisa mempertahankannya juga bisa meningkatnya kapasitasnya. Mungkin jika sudah rutin melakukan jalan kaki 2x seminggu mungkin bisa ditingkatkan menjadi 4–6x seminggu, dengan nilai minimal kalau yang rutin tidak boleh kurang atau dikurangi. Jika sudah terbiasa mengurangi karbohidrat setiap hari, maka bisa mulai dengan menambah sayur atau buah setiap kali makan. That’s the good one, pertahankan atau improve.

Kemudian the bad adalah kebiasaan yang menjauhkan kita dari tujuan kita, misalnya scrolling tiktok shop. Yah kuakui hal ini sangat menarik bagi wanita, entah apakah pria juga merasakannya. Ada dua pilihan dalam the bad, yaitu drop sepenuhnya atau adaptasi. Jika itu sebuah kebiasaan yang sulit hilang dan bahkan mengarah ke ketergantungan maka kau bisa melakukan adaptasi. Semula yang selalu memgang hape hampir 10 jam, mulai bisa menjauhkan hape dari sebelum dan setelah bangun tidur. Wow itu sudah menjadi 8 jam bukan.

Selanjutnya adalah, the way we define our goals through plans. Sebenarnya ini sudah sering dibahas oleh motivator, setidaknya dalam membuat goals dan plans tidak sembarangan menulis

  1. I wish I could …
  2. I want to be …
  3. Next year I’ll get …

Udah sih, kalau gitu doang mah kaga ada yang berubah. Mungkin lain kali kita perlu membahas metode SMART yang implementasinya gua juga sedikit lupa. Singkat cerita spesifkkan, ukur sesuai kemampuan, pastikan bisa dicapai, pastikan relevantsinya, dan beri target waktu.

Selanjutnya adalah carilah kawan seperjuangan, minimal dia yang juga sedang memperjuangkan mimpinya. Walau tujuan gak sama banget yak minimal semangatnya itu lho bisa cukup jadi reminder pas lagi mager atau males-malesan.

Terakhir mungkin perlu tracking. Dalam perusahaan ini biasa melakukan monitoring. Minimal dalam sebulan ada yang dilaporkan dan sudah melakukan apa saja. Tidak masalah jika target tidak tercapai maka kita bisa tambahkan fokus ke bulan depan. Begitu seterusnya.

Lebih dari itu, kupikir kita perlu memaksa diri kita untuk bangkit dan bergerak. Jika rebahan itu memang menyenangkan dan rutinitas juga lebih menenangkan. Tapi hidup perlu gerakan. Jika kita hidup dengan apa yang kita biasakan, maka biasakan untuk aktif.

-dari pojok asrama Azmong

--

--