Pahami Etika Penelitian, Biar Kamu Gak Dibungkus!

In Case You Forget, Dib
3 min readAug 1, 2020

--

Pagi hari bangun, ngecek hape, kaget! Trending bungkus membungkus. Habis baca thread langsung komen pertama gue 'GBLK’. Bukan sama Gilangnya, kalau di mah udah sakit jadi nggak bisa dikategorikan gblk. Karena kategori ini hanya disandarkan pada mereka yang masih bermental sehat tapi sengaja atau tidak melakukan perbuatan tidak cerdas.

Secara pribadi gue turut prihatin dan sedih sama banyak korban yang sampai sekarang belum merasa mendapat keadilan. Yah, semoga kasus ini segera diusut oleh pihak berwajib. Untungnya pihak kampus, tempat Gilang kuliah, cepat tanggap dan segera membuka lebar pintu laporan bagi para korban yang dirugikan. Seterusnya semoga pihak kampus bisa mengikuti jejak kampus (gue) lainnya dalam menyelenggarakan draft regulasi kekerasan seksual dalam upaya melindungi korban.

Nggak usah ngomongin apa yang dilakukan Gilang terhadap korban-korbannya, intinya dia dari diduga mengidap kelainan seksual berupa fetisisme yang terhitung merugikan. Dengan modus tugas riset tulisan, Gilang meminta para korbannya untuk membungkus diri korban dengan kain (jarik) hingga menutupi seluruh tubuh korban. Tak hanya itu, Gilang juga meminta agar tubuh korban dilakban terlebih dahulu.

Dari sini Gilang bakal meminta salah satu teman korban untuk merekam dan memfoto korban sesuai perintah dan instruksi dalam penelitiannya. Lantas dari sekian mahasiswa dan siswa SMA yang sempat di PM (personal message) Gilang mengaku ingin membantunya karena alasan kasihan dan rasa ingin patuh pada kakak tingkat. Secara Gilang ini emang udah angkatan tua 2015 yang idealnya sudah lulus dari bangku kuliah.

Dari thread akun twitter mufis (m_fikirs) yang memviralkan kasus ini, secara dia juga korban, diketahui si Gilang memang memiliki perangai yang sensitif (suka ngatur) dan cukup perfeksionis. Hal ini terlihat dari tangkapan gambar chat dengan korban.

Tetapi dari thread yang berjudul 'Predator Fetish Kain Jarik Berkedok Riset Akademik dari Mahasiswa PTN di SBY' ini ada satu chat yang menarik perhatian gue sebagai seorang mahasiwa yang juga lagi menjalankan riset tulisan akhir kuliah.

Sebelum melakukan penelitian tentunya kita sebagai peneliti diwajibkan memahami yang namanya etika penelitian. Sama seperti saat mau makan, mau bergaul dengan teman, kita juga bakal diajari etika makan dan bergaul dengan baik oleh keluarga.

Etika ini yang menurut gue hilang di sini. Yah, gue menyesalkan sikap Gilang yang memang sudah menyimpang dan menggangu orang lain tentu jauh dari etika penelitian. Dilihat dari jumlah korban yang walau belum bisa dihitung berapa, tapi sudah banyak yang berani speak up juga. Gue menyimpulkan dari sini, bahwa nggak cuma pengetahuan seputar kelain seksual dan modus lainnya. Namun, pemahaman tentang etika penelitian atau pengumpulan data kaum cendekiawan masih harus dilibatkan.

Bukan berarti mereka nggak paham sama sekali, faktor pengaruh lingkungan, keterdesakan, psikis, dan emosi juga mempengaruhi perilaku bro. Gue di sini cuma pengen sharing lagi tentang prinsip dasar etika penelitian secara umum. Semoga kuliah gue tentang metopen (metodologi penelitian) bisa bermanfaat. Bila dirasa dari kalian saat terlibat dalam penelitian tidak mendapati hal-hal berikut, maka kalian patut curiga.

Pertama, adanya formulir persetujuan subyek (informed consent) yang terdiri dari penjelasan manfaat penelitian, penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan, penjelasan manfaat yang akan didapat, persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subyek berkaitan dengan prosedur penelitian, persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja, dan jaminan anonimitas juga kerahasiaan. Nah, dari satu prinsip tentang menghormati harkat dan martabat manusia aja, si Gilang udah nggak memenuhi.

Kedua, adalah aspek menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian serta keadilan dan inklusivitas. Kalau di sini, peneliti diharuskan untuk mampu menjaga kerahasiaan identitas subyek atau responden. Peneliti juga diharuskan untuk bertingkah jujur, hati-hati, profesional, berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan intimitas, psikolofis serta perasaan religius subyek penelitian.

Please, kalian nggak perlu baca thread udah bisa paham pasti kalau si Gilang dari awal emang banyak melanggar prinsip di atas. Mulai dari responden yang nggak boleh tanya banyak dan sebagainya.

Prinsip terakhir adalah perhitungan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan dari dua belah pihak. Nah, di sini peneliti harus meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek. Misal kalau subyek dah merasa tidak sanggul melanjutkan karena sesak nafas atau takut temannya sakit ya peneliti harus mau mengehentikan aktivitasnya.

Intinya adalah kalau kegiatan penelitian tadi berpotensi mengakibatkan cedera atau stress tamabahan, maka subyek harus dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stress, maupun kematian subyek penelitian.

Jadi paham kan sekarang siapa yang gue bilang 'GBLK' di awal. Bukan pelaku apalagi korbannya.

--

--