UNLOCKING POTENTIAL

In Case You Forget, Dib
5 min readJan 26, 2021

--

7 Coaching Skills That Transform Individuals, Teams, and Organizations

The big goals, seorang Simpson mampu adalah menjadikan manusia sebagai manusia seutuhnya. Memanusiakan manusia atau ta’muruna bilma’ruf. pemimpin baik itu pimpinan proyek, manajer, administrator pemerintahan, haruslah mampu memaksimalkan potensi timnya. Karena indikator utama keberhasilan sebuah tim adalah adanya performa dan engagement (keterikatan) antar personil tim sehingga mampu menghasilkan produktifitas dan keuntungan yang berlipat. Hal ini bisa dibangun dengan menjadi seorang pelatih profesional.

Seorang pelatih (coach) adalah mereka yang mampu memunculkan (unlocking) potensi dari seorang manusia yang unik dan tak terbatas. Pelatihan (coaching) bukanlah tentang meminta seseorang untuk berubah karena kita memiliki posisi, bukanlah untuk ‘memperbaiki’ manusia. Namun pelatihan adalah tentang membangun hubungan kepercayaan, memunculkan potensi manusia, menciptakan komitmen, dan mengeksekusi tujuan. Keempat unsur inilah yang menjadi dasar prinsip dalam pelatihan.

Part 1–4 PRINCIPLES

1. Trust

Dalam dunia kerja seorang pelatih yang baik tentu akan berusaha untuk lebih fokus dan menaruh empati pada lawan bicara. Riset menyatakan bahwa integritas adalah hal utama dari seorang pemimpin besar, yaitu keahlian dalam membangun kepercayaan (trust) dengan banyak pihak. Kepercayaan menjadi hal utama karena ia akan membawa kita pada kesuksesan dalam berbagai kompetensi. Dengan menjadi sosok yang peduli, empati, berintegritas, dan mampu benegosiasi dengan win-win ways. Fokuslah pada pembentukan dan perkembangan potensi kekuatan tim, selalu melihat kebaikan dari orang lain, dan mengapresiasi untuk segala bentuk kontribusi. Seseorang yang dipercaya akan mampu memberikan kontribusi dan partisipasi lebih besar pada kerja tim. Dengan kepercayaan orang mampu memberikan hal-hal tak terduga bahkan yang bersifat rahasia, karenanya kita sebagai seseorang yang dipercaya harus mampu menjaga hal tersebut. Kepercayaan sulit di dapat tapi mudah pergi.

2. Potential

Pelatihan adalah aktivitas antar perorangan (one-on-one). Bak seorang penjahit, pelatih harus mampu menemukan keinginan dari seorang individu dan memberikan ukuran yang pas terhadapnya, jadi bukan memakai pakaian langsung jadi. Pelatihan itu tentang menemukan dan mengembangkan potensi seseorang untuk mencapai tujuan mereka dan tujuan organisasi. Asumsikan bahwa setiap orang memiliki potensi untuk tumbuh dan menjadi lebih baik dengan usaha (effort) yang berbeda. Hal ini bisa dicapai dengan memehami prioritas individu, potensi, dan tujuan yang membutuhkan keterampilan mendengarkan, mengobservasi, merefleksikan, dan menyesuaikan pendekatan terhadap keunikan masing-masing individu.

Sederhananya, pelatihan adalah sebuah proses dari pemberian perhatian/ atensi penuh dengan menjadi pendengar aktif pada seseorang, dengannya kita bisa lebih dekat dan mengekspos potensinya (look beyond the words). Ketika menjadi pendengar aktif kita harus pula menjaga perilaku fisik, perkataan, hingga emosi lewat perspektif berbeda. Sebagai seorang pelatih, kita harus mampu merubah paradigma atau sudut pandang negatif seseorang yang mampu menjauhkan mereka dari potensi mereka menjadi positif.

3. Commitment

Komitmen dibutuhkan untuk mendisiplinkan semangat dalam diri, yaitu dengan memberikan pertanyaan yang powerful dan proaktif untuk memunculkan sense dari misi internal dan komitment yang panjang dalam berjuang. Tujuan dari pertanyaan ini adalah, mendekatkan ke tujuan (engaging with purpose), meningkatkan komitmen, dan mempertahankan komitmen.

Tujuan pertama dapat berupa, ‘Apa stategi, tujuan, atau outcome terpenting bagimu secara personal dan professional?’, ‘Apa yang ingin kau capai di satu tahun ini?’, ‘Dapatkah kamu membuat tujuan itu lebih spesifik?’, ‘Bagaimana kamu akan mengetahui ketika kamu mencapai tujuan? Parameter apa yang kamu gunakan?’.

Pertanyaan untuk tujuan kedua ialah agar orang tersebut dapat mengantisipasi tantangan dan halangan di tengah jalan. Contoh pertanyaan adalah, ‘Apakah yang kamu lakukan sekarang sudah menuju kepada tujuan hidupmu?’ Apa dampak buruk dari tidak melakukan hal tersebut?’Jika kamu mendapati seseorang pada situasi yang kamu alami sekarang, apa yang akan sarankan untuk dilakukan?’

Terakhir adalah pertanyaan untuk mempertahankan komitmen dan mengarahkan fokus. Pertanyaan dapat seperti, ‘Apa dua atau tiga hal yang terpenting ingin kau fokuskan dalam hidup?’ Dari skala 1 sampai 10, berapa skalamu dalam menjaga komitmen ini ke depannya?’

Menciptakan komitmen adalah tahapan penting dalam proses pelatihan.

4. Execution

Make it count! Tahap selanjutnya setelah komitment adalah eksekusi. Pelatihna itu dimaksudkan untuk menemukan keinginan individu yang alami dengan mengarahkan pada paradigma, visi, nilai, dan pasion orang tersebut. Dengan membiasakan suatu hal kelak akan menjadi suatu kebiasaan. Hal ini disebut dengan ‘flow’. Bagaimana cara membiasakan diri? Bisa dimulai dengan pertayaan seperti, coba pikirkan kapan kamu berada pada tahap tertinggi dalam performamu? Kapan kamu menjadi yang terbaik? Bagaimana rasanya? Flow atau aliran tidak terjadi begitu saja, dibutuhkan praktek dan ketekunan untuk membuatnya sehingga didapatkan penguasaan dan kepercayaan diri yang tinggi.

Cara sederhana untuk seseorang agar dapat mendapatkan flow nya adalah dengan membantu mereka menemukan aktifitas baru yang dinikmati atau dikuasai sesuai misinya. Pada keadaan bersemangat (high flow), manusia akan lebih berenergi dan tingkat kesadaran diri yang tinggi. Hal ini bisa dipantik dengan beberapa pertanyaan berikut seperti, Apa kontribusi terbesar dan terbaik yang ingin kamu buat untuk kemanusiaan? Warisan apa yang ingin kamu tinggalkan? Perubahan apa yang ingin kamu buat? Apa sesuatu yang membuatmu sangat berpasion?

Sebuah hal yang dibiasakan akan menjadi sesuatu yang mudah untuk dilakukan, meski di awal mengalami kesulitan. Pertanyaan seperti, Kebiasaan apa yang ingin kau bentuk? Kebiasaan apa yang ingin kau hilangkan atau kurangi? Satu hal apa yang akan kau lakukan setiap ahrinya yang dapat mendekatkanmu dengan tujuanmu? Berapa lama yang kau butuhkan untuk berani mengambil kesempatan dan risiko?

Part 2–7 Coaching Skills

1. Build Trust

Membangun kepercayaan adalah hal utama dan terpenting dalam proses pelatihan yang kelak akan membuat seorang pelatih dihargai oleh yang dilatih. Idealnya, seorang pelatih harus bisa menjadi role model yang berkarakter dan berkompeten. Kepercayaan berkait erat dengan kredibilitas yang berkaitan dengan personal branding seseorang. Disimpulkan bahwa karakter dan kompetensi akan berpengaruh pada kredibilitas orang tersebut.

2. Challenge Paradigms

Paradigma atau pola pikir akan mempengaruhi kebiasaan sehingga mampu menghambat atau mendukung perkembangan potensi seseorang. Oleh karenanya, sosok pelatih harus mampu mengubah atau mengarahkan paradigma seseoarang menjadi suatu hal yang mendukung perubahan kearah tujuan.

3. Seek Strategic Clarity

Menemukan strategi yang murni. Salah satu tugas seorang pelatih adalah untuk membantu seseorang dalam menemukan tujuan mereka tanpa memaksakan sebuah nilai, visi, dan pasion kita sendiri.

4. Give Effective Feedback

Adanya timbal balik ditujukan untuk memunculkan kehati-hatian, konsentrasi (focus), dan mencapai tujuan yang diharapkan.

5. Tap into Talent

Kebanyakan orang tidak percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki. Seorang pelatih harus paham cara membantu orang untuk memunculkan potensi unik yang dimiliki.

6. Move The Middle

Kesempatan terbesar seorang dalam meningkatkan performanya adalah untuk ‘move the middle’ diantara performa yang belum baik tapu sudah bagus.

Adibah RA — 24/7 eating and writing but still have normal life

--

--